RSS

REFLEKSI SOSIAL HAUL KE-65 KH. AHMAD MUHTADI MUSTHOFA ( 2013 )


UMAT MERINDUKAN TELADAN DARI SOSOK PEWARIS PARA NABI
( REFLEKSI SOSIAL DALAM RANGKA HAUL KE-65 KH. AHMAD MUHTADI MUSTHOFA )

Bangsa kita telah mengalami krisis multi demensi yang sangat memprihatinkan, sebagai penyebab yang paling utama krisis tersebut adalah berasal dari masalah krisis moralitas/dekadensi moral ( Rusaknya Moral ). Semua itu diakibatkan oleh menipisnya keimanan yang seharusnya dijadikan landasan untuk memperkuat nilai-nilai agama.
Apa yang mengakibatkan menipisnya keimanan kita ? setebal apapun keimanan seseorang pasti sedikit demi sedikit akan menipis bahkan akan hilang takterbekas. Sifat lahir manusia itu adalah “ Meniru “ jadi perkembangan atau perubahan dalam hidup manusia itu dimulai dari meniru kepada apa yang ada disekelilingnya, kalau yang disekilingnya negative maka cenderung negative pula yang akan dijalani tetapi apabila disekelilingnya positive maka yang dijalani itujuga cenderung positive. Itu semua tidak bisa dipungkiri karena perkembangan manusia yang sangat menonjol itu dipengaruhi oleh factor lingkungan. Keimanan itu dibentuk dari pondasi diri dan pondasi diri terbentuk dari kepribadian yang kuat, Menipisnya keimanan kita dikarenakan minimya pondasi bagi diri kita, salah satu pondasi itu berupa suritauladan atau uswah dalam kehidupan kita sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Disinilah Ulama memiliki peran penting untuk memperbaiki krisisnya umat. Tetapi  sosok Ulama sebagai pewaris para Nabi yang seharusnya menyebarkan suritauladan atau keteladanan pada umat, malah semangkin menyimpang dari khittahnya.
Ulama adalah simbol kesinambungan dakwah dalam mengemban misi Rabbani yang tidak boleh dikotori dengan kepentingan yang bersifat individual dan kelompok. Ulama mengemban kemaslahatan dan bertanggung jawab terhadap kesinambungan nilai-nilai moralitas demi terwujudnya umat yang berakhlaqul karimah, masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera di bawah naungan Ridha Ilahi. Kerinduan umat  hari ini adalah hadirnya ulama-ulama yang benar- benar menjadi teladan bagi umat, dan umat merasakan manfaat ilmunya serta merasakan keindahan akhlaknya.
Ulama bukanlah agen penguasa dikalangan grassroot yang hanya memberikan pernyataan ‘setuju’ atau ‘baik-baik’ saja, tapi bukan pula memposisikan diri sebagai oposisi ala elit politik di Indonesia yang hanya menyalahkan penguasa tanpa solusi riil, melainkan sebagai kekuatan tersendiri yang mampu menjembatani pemerintah dengan kebutuhan masyarakat. Dan karakter ulama yang merupakan pewaris sah para nabi ini tidak tereduksi bahkan teracuni oleh kedekatannya yang kental terhadap penguasa, dan peran ulama’ lebih dirasa bermanfaat bagi masyarakat. Padahal hubungan yang terjalin antara ulama dengan umara’ (penguasa) rentan akan fitnah yang kemudian melemahkan otoritas ulama. Disatu sisi seorang ulama dituntut untuk berkata adil didepan penguasa, bukan hanya selalu membenarkan apa yang sebenarnya salah.
Sesungguhnya negeri ini membutuhkan sosok ulama yang tidak hanya besar dalam nama -dikarenakan silsilah keluarga-, melainkan sosok ulama yang mampu memahami suara hati masyarakat dan memberikan solusi yang menyentuh tataran fundamental. Saat ini juga dibutuhkan sosok ulama yang berperan sebagai psikolog, dimana kedekatannya dengan masyarakat nyaris tanpa tabir birokrasi yang terlalu berbelit-belit, layaknya psikolog dengan pasiennya yang membutuhkan sekedar spirit dan sugesti untuk merubah kondisi jiwa yang sakit.
SANG IDAMAN UMAT
Tak terasa kini, genap haul ke- enam puluh lima ( 65 ) ulama kharismatik Pantura, Al Mukarram KH. Ahmad Muhtadi Musthofa wafat. Tepatnya, pada hari Sabtu pon, tanggal 13 Ramadlan 1368 H/9 Juli 1949 M. Pada momentum haul inilah diharapkan masyarakat Sendangagung umumnya dan keluarga besar Madrasah Almuhtadi khususnya dapat merefleksikan kembali kiprah dan keteladanan figur ulama yang yang juga termasuk seorang pejuang membela bangsa Indonesia dari tangan penjajah tanpa pamrih. Jiwa dan raga beliau serahkan untuk negara.
K.H. Ahmad Muhtadi adalah anak ke-6 dari KH. Musthofa Kranji. dilahirkan pada tahun 1908, beliau merupakan tokoh kharismatik dalam berdakwah dan menyebarkan syiar Islam di kecamatan Paciran. K.H. Ahmad Muhtadi salah satu pejuang yang sangat berani dalam mengeluarkan anjuran untuk menentang penjajah.
Semasa hidup, K.H. Ahmad Muhtadi adalah sosok kyai yang serba bisa karena di samping rajin dalam mengajarkan bermacam-macam ilmu agama kepada para santrinya beliau juga rajin dalam bekerja khususnya dalam bidang pertanian (mengolah tanah, bercocok tanam dan sebagainya). Selain ahli dalam bidang pertanian, K.H. Ahmad Muhtadi juga ahli di bidang kerajinan, diantaranya ialah membakar kapur (membuat gamping), membuat areng dan memasak kulit, baik kulit kambing maupun kulit lembu sebagai bahan baku membuat sabuk, sandal, tas, bedug dan lain-lain. Selanjutnya semua hasil kerajinannya itu dipasarkan (dijual) ke Gresik.
Banyak kenangan tentang sosok beliau yang tentunya membekas di hati warga Muslim di sendangagung. Sudah sepatutnya kita yang merasakan kedekatan bathiniah terhadap K.H. Ahmad Muhtadi senantiasa merenung. Sudah sejauh mana usaha kita dalam meneladani sikap, sifat maupun perbuatan beliau saat ini?
Sudah selayaknya, momentum haul K.H. Ahmad Muhtadi dimaknai dengan kegiatan akbar dengan spirit menumbuhkan jiwa-jiwa ulama yang menjadi tuntunan dan teladan bagi masyarakat. Bukan sosok yang terlena oleh arus dominasi politik praktis, hingga lupa, bahwa sisi keulamaannya perlahan terkikis oleh nuansa kehidupan duniawi.
Sesungguhnya negeri ini membutuhkan sosok ulama seperti K.H. Ahmad Muhtadi yang memiliki dedikasi dan berani mati untuk negri bahkan kedekatannya dengan masyarakat nyaris tanpa “tabir birokrasi” yang terlalu berbelit-belit, layaknya psikolog dengan pasiennya yang membutuhkan sekedar spirit dan sugesti untuk merubah kondisi jiwa yang sakit.
Kita pun menantikan sosok ulama yang revolusioner, yang bukan hanya sekedar mengajarkan kita isi kandungan kitab kuning, atau pesan-pesan suci agama, melainkan bagaimana menunjukkan jalan ke arah perbaikan umat terutama perbaikan moral bangsa yang saat ini mulai tidak setabil atau rusak parah.
Kita menanti sosok ulama yang mampu mendorong masyarakat untuk bangkit dan berubah dari keterpurukan kondisi yang sebenarnya telah terjadi secara sistemik. Saat ini, kita memang sangat sulit menentukan ulama yang komitmen dalam perjuangannya. Namun, dari sosok almarhum kita bisa mengambil berbagai macam pelajaran berharga. Antara lain adalah:
1.             INTELEKTUALITAS DAN PECINTA ILMU
Tidak ada yang meragukan kemampuan ilmu beliau. Sejak muda, Kiyai Muhtadi  dikenal memiliki wawasan yang luas. Beliau adalah sosok yang cinta ilmu dan itu dibuktikannya dengan diangkatnya menjadi guru, terutama guru di bidang tulis menulis (khoth) karena tulisan beliau sangat bagus. Di samping menjadi guru, beliau tetap menghafal Al-Qur’an dan masih juga belajar menadalami beberapa ilmu. beliau diperintah oleh Mbah KH. Hasyim Asy’ari untuk mengaji ilmu Falak kepada KH. Ma’shum Kuwaran Jombang. Oleh gurunya, K.H. Ahmad Muhtadi dinilai sebagai murid yang sangat tekun dan cerdas, karena itu beliau dipilih sebagai murid teristimewa, sehingga semua ilmu Mbah KH. Ma’shum Al-Falaki diberikan kepadanya. Selanjutnya K.H. Ahmad Muhtadi diserahi tugas untuk mewakili beliau (Mbah KH. Ma’shum) dalam mengajar ilmu falak kepada santri-santrinya. K.H. Ahmad Muhtadi sering disuruh oleh gurunya untuk mengerjakan praktek falak yang oleh sang guru sendiri dianggap terdapat kesulitan baginya. Namun berkat keuletan dan kelebihan kemampuan otaknya, K.H. Ahmad Muhtadi dapat menyelesaikan tugasnya dengan benar dalam waktu yang relatif singkat dari waktu yang diperkirakan oleh gurunya. Setelah K.H. Ahmad Muhtadi pulang dari pondok pesantren Tebuireng dan Seblak, beliau pergi mondok lagi, yaitu mengaji di pondok pesantren Suwalan Panji Jombang. Setelah beliau menamatkan mengajinya di pondok pesantren Suwalan, beliau pulang ke kampung halamannya, yaitu Desa Kranji Paciran Lamongan dengan membawa berbagai ilmu.
2.             KOMITMEN UNTUK NEGERI ( NASIONALIS / CINTA TANAH AIR )
Dalam memperjuangkan persoalan keumatan, beliau adalah sosok yang tidak kenal lelah selalu mendahulukan kepentingan umat daripada kepentingan pribadi atau golongan. Beliau adalah sosok ulama yang tidak silau karena harta, tidak sombong karena jabatan, tidak pelit terhadap ilmu, selalu memberikan kemudahan dan tidak mempersulit persoalan, menghormati yang tua dan mengayomi yang muda, selalu istiqomah dalam memegang teguh nilai-nilai perjuangan sekalipun berhadapan dengan penguasa (power). Dengan bukti Di saat Jepang berkuasa, segala sesuatu diatur melalui sistem antrian, tetapi pihak penguasa Desa Sendangagung sendiri banyak yang melakukan pelanggaran dan penyelewengan. Dalam hal ini walaupun aparat desa yang melakukan penyelewengan termasuk orang-orang yang mempunyai hubungan baik dengan beliau, tetapi karena pelanggaran dan penyelewengan itu berkelanjutan sampai pada masa kemerdekaan maka beliau berani memimpin para pemuda Sendang untuk menuntut keadilan. Pada saat itu pihak penguasa mencurahkan segala kemampuan serta usaha untuk mempertahankan kekuasaannya melalui orang-orang atasannya, namun K.H. Ahmad Muhtadi tidak kalah taktik. Karena didorong oleh kewajiban agama dan negara serta kepentingan bangsa khususnya rakyat Sendangagung, maka dengan dibantun oleh beberapa teman beliau, yaitu H. Anwar, Ahmad bin Sento atau yang terkenal dengan panggilan Ahmad Sento dan kawan-kawan, juga dibantu pula oleh adinda (KH. Amin Musthofa Tunggul) akhirnya berhasil menumbangkan pelaku kejahatan di Desa Sendangagung, bahkan ada pula oknum yang terpaksa harus diusir keluar dari Sendangagung oleh K.H. Ahmad Muhtadi bersama masyarakat.

3.             SABAR DAN IKHLAS
Dalam mengemban amanah beliau selalu bersikap sabar dan Ikhlas. Kesabarannya dalam memberikan ilmu menjadi pelajaran berharga dan penting buat kita.

4.             PEJUANG PENDIDIKAN
Sosok pendidik yang karismatik dan penuh tauladan perlu kita ambil sebagai pelajaran. Beliau sangat memperhatikan tentang pendidikan, dengan kemampuan yang ada K.H. Ahmad Muhtadi telah berhasil menanam benih kehidupan yang cerdas dan berwawasan luas yaitu dengan mendirikannya sebuah tempat pendidikan. Perjuangannya dalam mendirikan tempat pendidikan tidaklah mudah, dengan bukti Pada saat Belanda datang lagi (agresi) pada tahun 1949 bangunan-bangunan milik pemerintah Republik Indonesia semuanya dibakar oleh tentara kita karena dikhawatirkan nantinya dijadikan markas Belanda. Pada waktu itu Sekolah Rakyat (SR) setingkat SD Paciran juga akan dibakar, namun dicegah oleh K.H. Ahmad Muhtadi sebab beliau ingin mendirikan bangunan madrasah mengingat beliau mempunyai banyak murid tetapi belum mempunyai sekolahan (madrasah). Untuk itu SR Paciran yang hendak dibakar itu dibeli oleh K.H. Ahmad Muhtadi. Oleh tentara kita SR itu tidak boleh di beli dengan uang tetapi harus ditukar dengan senjata, sebab dengan senjata itu nanti akan dapat digunakan secara langsung untuk melawan Belanda. Karena pada saat itu K.H. Ahmad Muhtadi mempunyai keluarga (Pak Lik Isterinya) sekaligus teman berjuang yang bernama Zainuddin dari Desa Kawisanyar Kebomas Gresik yang statusnya juga tentara, maka permintaan itu diiyakan (disetujui). Untuk itu Zainuddin langsung berusaha mencari beberapa senjata ke daerah Gresik dan setelah berhasil maka senjata itu diserahkan kepada teman-teman tentara melalui seorang kurir yang bernama Mustajab bin Sento. Sesudah itu SR dibongkar dan diusung ke Sendangagung. Tetapi sayang niat K.H. Ahmad Muhtadi untuk mendirikan bangunan Madrasah dari bekas SR Paciran itu belum kesampaian atau belum terlaksana, karena K.H. Ahmad Muhtadi sudah keburu ditangkap oleh Belanda sehingga akhirnya beliau ditembak mati. Perjuangan K.H. Ahmad Muhtadi yang begitu keras untuk membela kemerdekaan dan mencerdaskan bangsa yang kandas itu tetap diteruskan oleh keluarga, teman, handai toulan dan generasi penerus beliau, sehingga lambat laun dengan izin dan inayah Allah SWT tetap dapat terwujud seperti sekarang ini. Di mana dalam jangka waktu ± 33 tahun (1949 – 1982) Yayasan Al-Muhtadi sudah mempunyai empat jenjang pendidikan formal, yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) yang pada awal berdirinya bertempat di langgar wirid (tanah wakaf K.H. Ahmad Muhtadi tahun 1967), Madrasah Ibtidaiyah (MI) mula-mula bertempat di langgar Suto (tahun 1936), Madrasah Tsanawiyah (MTs) awal berdiri tahun 1980 ditempatkan di bawah panggung tua bekas gutaan (kantor) guru, dan Madrasah Aliyah (MA) bertempat di gedung MTs (tahun 1983). Di samping itu cikal bakal pendidikan yang berupa pondok pesantren juga masih tetap lestari. Seiring dengan kemajuan zaman dan kemajuan ekonomi masyarakat, bila pada masa-masa pendahulunya bangunan pondok dan madrasah masih terbuat dari bambu atau kayu, berlantai tanah yang berdebu, sekarang semuanya udah berupa gedung yang permanen dan megah.

5.             KARISMATIK
Tidak bisa dipungkiri sosok beliau adalah sosok ulama dan pejuang yang didambakan oleh umat. Siapapun kita akan selalu bercerita tentang kebaikan-kebaikan yang telah ditampilkan selama kehidupannya.

Ulama besar itu telah lama meninggalkan kita. Akan tetapi, sebenarnya ia tidak benar-benar meninggalkan kita. Nama besar dan wasiatnya yang ”abadi”, akan selalu menemani kita. Itulah sebabnya. Pada momentum haul ini, mudah mudahan kita mampu mengambil pelajaran besar di balik manaqib hidup K.H. Ahmad Muhtadi. Mari kita banyak bercermin dari sifat-sifat baik yang beliau wariskan agar perjuangan demi kemaslahatan umat terus berlanjut sepanjang masa. Dan semoga apa-apa yang telah beliau ajarkan kepada kita adalah ilmu yang bermanfaat dan pahalanya akan terus mengalir kepada almarhum. Amin.









  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS