UMAT MERINDUKAN TELADAN DARI SOSOK
PEWARIS PARA NABI
( REFLEKSI
SOSIAL DALAM RANGKA HAUL KE-65 KH. AHMAD MUHTADI MUSTHOFA )
Bangsa
kita telah mengalami krisis multi demensi yang sangat memprihatinkan, sebagai penyebab
yang paling utama krisis tersebut adalah berasal dari masalah krisis moralitas/dekadensi
moral ( Rusaknya Moral ). Semua itu diakibatkan oleh menipisnya keimanan yang seharusnya dijadikan landasan untuk
memperkuat nilai-nilai agama.
Apa
yang mengakibatkan menipisnya keimanan kita ? setebal apapun keimanan seseorang
pasti sedikit demi sedikit akan menipis bahkan akan hilang takterbekas. Sifat
lahir manusia itu adalah “ Meniru “ jadi perkembangan atau perubahan dalam
hidup manusia itu dimulai dari meniru kepada apa yang ada disekelilingnya, kalau
yang disekilingnya negative maka cenderung negative pula yang akan dijalani
tetapi apabila disekelilingnya positive maka yang dijalani itujuga cenderung
positive. Itu semua tidak bisa dipungkiri karena perkembangan manusia yang
sangat menonjol itu dipengaruhi oleh factor lingkungan. Keimanan itu dibentuk dari
pondasi diri dan pondasi diri terbentuk dari kepribadian yang kuat, Menipisnya
keimanan kita dikarenakan minimya pondasi bagi diri kita, salah satu pondasi
itu berupa suritauladan atau uswah dalam kehidupan kita sehari-hari dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Disinilah Ulama memiliki peran penting untuk
memperbaiki krisisnya umat. Tetapi sosok
Ulama sebagai pewaris para Nabi yang seharusnya menyebarkan suritauladan atau keteladanan
pada umat, malah semangkin menyimpang dari khittahnya.
Ulama
adalah simbol kesinambungan dakwah dalam mengemban misi Rabbani yang tidak
boleh dikotori dengan kepentingan yang bersifat individual dan kelompok. Ulama
mengemban kemaslahatan dan bertanggung jawab terhadap kesinambungan nilai-nilai
moralitas demi terwujudnya umat yang berakhlaqul karimah, masyarakat yang adil,
makmur dan sejahtera di bawah naungan Ridha Ilahi. Kerinduan umat hari ini adalah hadirnya ulama-ulama yang
benar- benar menjadi teladan bagi umat, dan umat merasakan manfaat ilmunya
serta merasakan keindahan akhlaknya.
Ulama
bukanlah agen penguasa dikalangan grassroot yang hanya memberikan pernyataan
‘setuju’ atau ‘baik-baik’ saja, tapi bukan pula memposisikan diri sebagai
oposisi ala elit politik di Indonesia yang hanya menyalahkan penguasa tanpa
solusi riil, melainkan sebagai kekuatan tersendiri yang mampu menjembatani
pemerintah dengan kebutuhan masyarakat. Dan karakter ulama yang merupakan
pewaris sah para nabi ini tidak tereduksi bahkan teracuni oleh kedekatannya
yang kental terhadap penguasa, dan peran ulama’ lebih dirasa bermanfaat bagi
masyarakat. Padahal hubungan yang terjalin antara ulama dengan umara’
(penguasa) rentan akan fitnah yang kemudian melemahkan otoritas ulama. Disatu
sisi seorang ulama dituntut untuk berkata adil didepan penguasa, bukan hanya
selalu membenarkan apa yang sebenarnya salah.
Sesungguhnya
negeri ini membutuhkan sosok ulama yang tidak hanya besar dalam nama
-dikarenakan silsilah keluarga-, melainkan sosok ulama yang mampu memahami
suara hati masyarakat dan memberikan solusi yang menyentuh tataran fundamental.
Saat ini juga dibutuhkan sosok ulama yang berperan sebagai psikolog, dimana
kedekatannya dengan masyarakat nyaris tanpa tabir birokrasi yang terlalu
berbelit-belit, layaknya psikolog dengan pasiennya yang membutuhkan sekedar
spirit dan sugesti untuk merubah kondisi jiwa yang sakit.
SANG IDAMAN UMAT
Tak
terasa kini, genap haul ke- enam puluh lima ( 65 ) ulama kharismatik Pantura,
Al Mukarram KH. Ahmad Muhtadi Musthofa wafat. Tepatnya, pada hari Sabtu pon,
tanggal 13 Ramadlan 1368 H/9 Juli 1949 M. Pada momentum haul inilah diharapkan
masyarakat Sendangagung umumnya dan keluarga besar Madrasah Almuhtadi khususnya
dapat merefleksikan kembali kiprah dan keteladanan figur ulama yang yang juga
termasuk seorang pejuang membela bangsa Indonesia dari tangan penjajah tanpa
pamrih. Jiwa dan raga beliau serahkan untuk negara.
K.H.
Ahmad Muhtadi adalah anak ke-6 dari KH. Musthofa Kranji. dilahirkan pada tahun
1908, beliau merupakan tokoh kharismatik dalam berdakwah dan menyebarkan syiar
Islam di kecamatan Paciran. K.H. Ahmad Muhtadi salah satu pejuang yang sangat
berani dalam mengeluarkan anjuran untuk menentang penjajah.
Semasa
hidup, K.H. Ahmad Muhtadi adalah sosok kyai yang serba bisa karena di samping
rajin dalam mengajarkan bermacam-macam ilmu agama kepada para santrinya beliau
juga rajin dalam bekerja khususnya dalam bidang pertanian (mengolah tanah,
bercocok tanam dan sebagainya). Selain ahli dalam bidang pertanian, K.H. Ahmad
Muhtadi juga ahli di bidang kerajinan, diantaranya ialah membakar kapur
(membuat gamping), membuat areng dan memasak kulit, baik kulit kambing maupun
kulit lembu sebagai bahan baku membuat sabuk, sandal, tas, bedug dan lain-lain.
Selanjutnya semua hasil kerajinannya itu dipasarkan (dijual) ke Gresik.
Banyak
kenangan tentang sosok beliau yang tentunya membekas di hati warga Muslim di sendangagung.
Sudah sepatutnya kita yang merasakan kedekatan bathiniah terhadap K.H. Ahmad
Muhtadi senantiasa merenung. Sudah
sejauh mana usaha kita dalam meneladani sikap, sifat maupun perbuatan beliau
saat ini?
Sudah
selayaknya, momentum haul K.H. Ahmad Muhtadi dimaknai dengan kegiatan akbar
dengan spirit menumbuhkan jiwa-jiwa ulama yang menjadi tuntunan dan teladan
bagi masyarakat. Bukan sosok yang terlena oleh arus dominasi politik praktis,
hingga lupa, bahwa sisi keulamaannya perlahan terkikis oleh nuansa kehidupan
duniawi.
Sesungguhnya
negeri ini membutuhkan sosok ulama seperti K.H. Ahmad Muhtadi yang memiliki
dedikasi dan berani mati untuk negri bahkan kedekatannya dengan masyarakat
nyaris tanpa “tabir birokrasi” yang terlalu berbelit-belit, layaknya psikolog
dengan pasiennya yang membutuhkan sekedar spirit dan sugesti untuk merubah
kondisi jiwa yang sakit.
Kita
pun menantikan sosok ulama yang revolusioner, yang bukan hanya sekedar
mengajarkan kita isi kandungan kitab kuning, atau pesan-pesan suci agama,
melainkan bagaimana menunjukkan jalan ke arah perbaikan umat terutama perbaikan
moral bangsa yang saat ini mulai tidak setabil atau rusak parah.
Kita
menanti sosok ulama yang mampu mendorong masyarakat untuk bangkit dan berubah
dari keterpurukan kondisi yang sebenarnya telah terjadi secara sistemik. Saat
ini, kita memang sangat sulit menentukan ulama yang komitmen dalam perjuangannya.
Namun, dari sosok almarhum kita bisa mengambil berbagai macam pelajaran
berharga. Antara lain adalah:
1.
INTELEKTUALITAS DAN PECINTA ILMU
Tidak ada yang meragukan kemampuan
ilmu beliau. Sejak muda, Kiyai Muhtadi dikenal memiliki wawasan yang luas. Beliau
adalah sosok yang cinta ilmu dan itu dibuktikannya dengan diangkatnya menjadi
guru, terutama guru di bidang tulis menulis (khoth) karena tulisan beliau
sangat bagus. Di samping menjadi guru, beliau tetap menghafal Al-Qur’an dan
masih juga belajar menadalami beberapa ilmu. beliau diperintah oleh Mbah KH.
Hasyim Asy’ari untuk mengaji ilmu Falak kepada KH. Ma’shum Kuwaran Jombang.
Oleh gurunya, K.H. Ahmad Muhtadi dinilai sebagai murid yang sangat tekun dan
cerdas, karena itu beliau dipilih sebagai murid teristimewa, sehingga semua
ilmu Mbah KH. Ma’shum Al-Falaki diberikan kepadanya. Selanjutnya K.H. Ahmad
Muhtadi diserahi tugas untuk mewakili beliau (Mbah KH. Ma’shum) dalam mengajar
ilmu falak kepada santri-santrinya. K.H. Ahmad Muhtadi sering disuruh oleh
gurunya untuk mengerjakan praktek falak yang oleh sang guru sendiri dianggap
terdapat kesulitan baginya. Namun berkat keuletan dan kelebihan kemampuan
otaknya, K.H. Ahmad Muhtadi dapat menyelesaikan tugasnya dengan benar dalam
waktu yang relatif singkat dari waktu yang diperkirakan oleh gurunya. Setelah
K.H. Ahmad Muhtadi pulang dari pondok pesantren Tebuireng dan Seblak, beliau
pergi mondok lagi, yaitu mengaji di pondok pesantren Suwalan Panji Jombang.
Setelah beliau menamatkan mengajinya di pondok pesantren Suwalan, beliau pulang
ke kampung halamannya, yaitu Desa Kranji Paciran Lamongan dengan membawa
berbagai ilmu.
2.
KOMITMEN UNTUK NEGERI ( NASIONALIS /
CINTA TANAH AIR )
Dalam memperjuangkan persoalan
keumatan, beliau adalah sosok yang tidak kenal lelah selalu mendahulukan
kepentingan umat daripada kepentingan pribadi atau golongan. Beliau adalah
sosok ulama yang tidak silau karena harta, tidak sombong karena jabatan, tidak
pelit terhadap ilmu, selalu memberikan kemudahan dan tidak mempersulit persoalan,
menghormati yang tua dan mengayomi yang muda, selalu istiqomah dalam memegang
teguh nilai-nilai perjuangan sekalipun berhadapan dengan penguasa (power).
Dengan bukti Di saat Jepang berkuasa, segala sesuatu diatur melalui sistem
antrian, tetapi pihak penguasa Desa Sendangagung sendiri banyak yang melakukan
pelanggaran dan penyelewengan. Dalam hal ini walaupun aparat desa yang
melakukan penyelewengan termasuk orang-orang yang mempunyai hubungan baik
dengan beliau, tetapi karena pelanggaran dan penyelewengan itu berkelanjutan
sampai pada masa kemerdekaan maka beliau berani memimpin para pemuda Sendang
untuk menuntut keadilan. Pada saat itu pihak penguasa mencurahkan segala
kemampuan serta usaha untuk mempertahankan kekuasaannya melalui orang-orang
atasannya, namun K.H. Ahmad Muhtadi tidak kalah taktik. Karena didorong oleh
kewajiban agama dan negara serta kepentingan bangsa khususnya rakyat
Sendangagung, maka dengan dibantun oleh beberapa teman beliau, yaitu H. Anwar,
Ahmad bin Sento atau yang terkenal dengan panggilan Ahmad Sento dan
kawan-kawan, juga dibantu pula oleh adinda (KH. Amin Musthofa Tunggul) akhirnya
berhasil menumbangkan pelaku kejahatan di Desa Sendangagung, bahkan ada pula
oknum yang terpaksa harus diusir keluar dari Sendangagung oleh K.H. Ahmad
Muhtadi bersama masyarakat.
3.
SABAR DAN IKHLAS
Dalam mengemban amanah beliau
selalu bersikap sabar dan Ikhlas. Kesabarannya dalam memberikan ilmu menjadi
pelajaran berharga dan penting buat kita.
4.
PEJUANG PENDIDIKAN
Sosok pendidik yang karismatik dan
penuh tauladan perlu kita ambil sebagai pelajaran. Beliau sangat memperhatikan
tentang pendidikan, dengan kemampuan yang ada K.H. Ahmad Muhtadi telah berhasil
menanam benih kehidupan yang cerdas dan berwawasan luas yaitu dengan
mendirikannya sebuah tempat pendidikan. Perjuangannya dalam mendirikan tempat
pendidikan tidaklah mudah, dengan bukti Pada saat Belanda datang lagi (agresi)
pada tahun 1949 bangunan-bangunan milik pemerintah Republik Indonesia semuanya
dibakar oleh tentara kita karena dikhawatirkan nantinya dijadikan markas
Belanda. Pada waktu itu Sekolah Rakyat (SR) setingkat SD Paciran juga akan
dibakar, namun dicegah oleh K.H. Ahmad Muhtadi sebab beliau ingin mendirikan
bangunan madrasah mengingat beliau mempunyai banyak murid tetapi belum
mempunyai sekolahan (madrasah). Untuk itu SR Paciran yang hendak dibakar itu
dibeli oleh K.H. Ahmad Muhtadi. Oleh tentara kita SR itu tidak boleh di beli
dengan uang tetapi harus ditukar dengan senjata, sebab dengan senjata itu nanti
akan dapat digunakan secara langsung untuk melawan Belanda. Karena pada saat
itu K.H. Ahmad Muhtadi mempunyai keluarga (Pak Lik Isterinya) sekaligus teman
berjuang yang bernama Zainuddin dari
Desa Kawisanyar Kebomas Gresik yang statusnya juga tentara, maka permintaan itu
diiyakan (disetujui). Untuk itu Zainuddin
langsung berusaha mencari beberapa senjata ke daerah Gresik dan setelah
berhasil maka senjata itu diserahkan kepada teman-teman tentara melalui seorang
kurir yang bernama Mustajab bin Sento.
Sesudah itu SR dibongkar dan diusung ke Sendangagung. Tetapi sayang niat K.H.
Ahmad Muhtadi untuk mendirikan bangunan Madrasah dari bekas SR Paciran itu
belum kesampaian atau belum terlaksana, karena K.H. Ahmad Muhtadi sudah keburu
ditangkap oleh Belanda sehingga akhirnya beliau ditembak mati. Perjuangan K.H.
Ahmad Muhtadi yang begitu keras untuk membela kemerdekaan dan mencerdaskan
bangsa yang kandas itu tetap diteruskan oleh keluarga, teman, handai toulan dan
generasi penerus beliau, sehingga lambat laun dengan izin dan inayah Allah SWT
tetap dapat terwujud seperti sekarang ini. Di mana dalam jangka waktu ± 33
tahun (1949 – 1982) Yayasan Al-Muhtadi sudah mempunyai empat jenjang pendidikan
formal, yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) yang pada awal berdirinya bertempat di
langgar wirid (tanah wakaf K.H. Ahmad Muhtadi tahun 1967), Madrasah Ibtidaiyah
(MI) mula-mula bertempat di langgar Suto (tahun 1936), Madrasah Tsanawiyah
(MTs) awal berdiri tahun 1980 ditempatkan di bawah panggung tua bekas gutaan
(kantor) guru, dan Madrasah Aliyah (MA) bertempat di gedung MTs (tahun 1983).
Di samping itu cikal bakal pendidikan yang berupa pondok pesantren juga masih
tetap lestari. Seiring dengan kemajuan zaman dan kemajuan ekonomi masyarakat,
bila pada masa-masa pendahulunya bangunan pondok dan madrasah masih terbuat dari
bambu atau kayu, berlantai tanah yang berdebu, sekarang semuanya udah berupa
gedung yang permanen dan megah.
5.
KARISMATIK
Tidak bisa dipungkiri sosok beliau
adalah sosok ulama dan pejuang yang didambakan oleh umat. Siapapun kita akan
selalu bercerita tentang kebaikan-kebaikan yang telah ditampilkan selama
kehidupannya.
Ulama
besar itu telah lama meninggalkan kita. Akan tetapi, sebenarnya ia tidak
benar-benar meninggalkan kita. Nama besar dan wasiatnya yang ”abadi”, akan
selalu menemani kita. Itulah sebabnya. Pada momentum haul ini, mudah mudahan
kita mampu mengambil pelajaran besar di balik manaqib hidup K.H. Ahmad Muhtadi.
Mari kita banyak bercermin dari sifat-sifat baik yang beliau wariskan agar
perjuangan demi kemaslahatan umat terus berlanjut sepanjang masa. Dan semoga apa-apa
yang telah beliau ajarkan kepada kita adalah ilmu yang bermanfaat dan pahalanya
akan terus mengalir kepada almarhum. Amin.